Saat
ini kita mengenal seorang penulis adalah orang yang idealis. Idealisme kita
akan muncul dalam tulisan. Ada sebuah kalimat ringkas mengenai hal ini,
“Kepribadian penulis tercermin dalam tulisannya.”
Pendapat itu sah-sah saja.
Karena kebanyakan, walau tidak semua, penulis merasa nyaman pada jenis tulisan
tertentu. Gaya bahasa dan jenis pembahasannya bisa jadi merupakan cermin dari
kehidupan atau kepribadian penulis.
Pada penulis novel misalnya, kita bisa
melihat penulis-penulis besar seperti Habiburrahman El Shirazy, Andrea Hirata,
dan masih banyak lagi. Mereka memiliki genre masing-masing. Habiburrahman El
Shirazy dengan latar belakang pendidikan Islam-nya senantiasa menyajikan
novel-novel Islami. Sebut saja Ayat-ayat Cinta, Cinta Suci Zahrana, Dalam
Mihrab Cinta, dan lain sebagainya.
Andrea Hirata dengan latar belakang
kehidupan di Belitong (Provinsi Bangka Belitung) menyajikan novel-novel
kehidupan sosial, baik anak-anak maupun dewasa. Sebelas Patriot, Laskar
Pelangi, Maryamah Karpov, dan lain sebagainya.
Baca juga : Cara Agar Naskah Kita Pantas Di Terbitkan
Adapun Tere Liye dan Asma Nadia merupakan
penulis novel yang tidak terlalu mengusung satu genre novel. Tere Liye sendiri
sudah menerbitkan lebih dari lima genre novel, yaitu anak-anak dan keluarga, fantasi,
romantis, sejarah, aksi, dan fiksi sains.
Dalam seminar yang digelar oleh Hima
Bahtra FKIP KBM Universitas Bengkulu Minggu (1 Mei 2016) lalu Tere Liye
mengumbar rencana menerbitkan novel bergenre horor. Penasaran? Kita tunggu
saja. Lalu, apakah Tere Liye termasuk tidak memiliki karakter pribadi? Jelas
memiliki. Perhatikan gaya bahasanya, maka sudah dapat dibaca sedikit
karakternya.
Dari
penjelasan di atas tampak bahwa penulis memiliki kepribadian masing-masing. Walau
begitu, ada beberapa hal yang harus kita tanamkan dalam diri kita masing-masing
untuk membentuk karakter kita sebagai penulis yang baik. Beberapa hal itu
adalah sikap yang harus ditanamkan dalam diri kita sebagai penulis.
1. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita
harus paham kaidah atau tata bahasa bahasa Indonesia ketika kita ingin
menggunakan bahasa Indonesia dalam tulisan kita.
Jikalau pun menggunakan
istilah-istilah atau tata bahasa yang tidak baku, maka kita perlu
menggarisbawahi atau mencetak miring (italic). Paling sering kita jumpai
adalah dicetak miring. Jika kosakata itu jarang terdengar atau kemungkinan
besar tidak diketahui oleh sebagian besar pembaca, maka kita harus menyajikan
arti atau maksudnya pada catatan kaki atau glosarium.
2. Bermental baja. Kita sebagai penulis harus memiliki
mental yang kuat. Mental yang kuat dalam menjalani profesinya sebagai penulis,
yaitu menulis. Juga mental yang kuat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
penolakan oleh pihak penerbit.
Baca juga : Penyakit yang sering menyerang penulis pemula

Sangat tidak diperkanankan ketika baru sekali mencoba
menerbitkan dan ditolak lalu tidak menulis lagi. Teruslah menulis. Teruslah
belajar untuk menulis sebaik-baiknya. Semakin kita menulis dan belajar, maka
semakin baik tulisan kita. Ingin menjadi penulis, kan? Kuatkan mental untuk
terus belajar dan berkarya.
3. Terus menulis. Tidak ada pilihan bagi penulis selain
terus menulis. Jika tidak menulis berarti bukan penulis. Bagaimana ketika kita
sudah berhasil menerbitkan satu buku? Saya tanya balik, satu buku? Penulis buku
sebesar dan setenar Asma Nadia, Habiburrahman El Shirazy, Tere Liye, Dee
Lestari, Andrea Hirata, dan penulis-penulis lain sudah berapa buku yang mereka
terbitkan? Satukah? Tidak.
Bahkan ada yang sampai atau lebih dari angka
sepuluh. Intinya adalah mereka tidak berhenti menulis. Mereka terus menulis,
walau sudah berhasil menerbitkan banyak buku. Jangan cepat puas dengan telah
berhasil menerbitkan hanya satu buku. Ketika satu buku telah terbit, maka
berusahalah untuk menerbitkan dua buku. Ketika dua buku telah terbit, maka
berusahalah untuk menerbitkan tiga buku. Dan seterusnya. Menulislah sampai
akhir hayat. Teruslah menulis saat kemampuan menulis masih berada dalam diri
kita.
4. Memiliki kepekaan yang tinggi. Penulis harus memiliki kepekaan
hati. Setiap kejadian atau yang dilihatnya bisa dijadikan inspirasi munculnya
ide pada diri penulis. Kita mengetahui bahwa ide merupakan pondasi dalam
tulisan.
Tanpa adanya ide, maka tulisan tidak akan terwujud. Kalaupun terwujud,
maka wujudnya pun tidak akan maksimal alias amburadul. Ya, menulis tanpa ide
laksana melepaskan kapal di tengah lautan tanpa nahkoda. Oleh karena itu,
kepekaan harus dimiliki oleh penulis. Semakin tinggi kepekaan penulis, maka
semakin banyak ide yang dihasilkan sehingga berpengaruh pada banyaknya
tulisannya.
Baca juga: Cara Mengasah Kreatifitas Dalam Penulis
5. Memotivasi diri. Penulis memerlukan motivasi. Penulis
harus mampu memotivasi diri. Ia harus memiliki alasan kuat terhadap pertanyaan
ini, mengapa menulis? Pertanyaan yang simpel yang banyak orang yang
bercita-cita menjadi penulis gagal menjawabnya dengan maksimal.
Dalam diri kita
harus tertanam motivasi kuat atau alasan yang menguatkan kita menjadi penulis.
Amalan itu tergantung niatnya. Maka, ketika memutuskan menjadi penulis, maka
kita harus meluruskan niat kita. Menulis adalah berbagi melalui tulisan. Oleh
karena itu, niatkan menulis untuk berbagi, terutama berbagi kebaikan.
Karena
ketika ada orang lain yang berubah atau melakukan kebaikan setelah membaca buku
kita, maka kita akan mendapatkan pahalanya (amal jariyah). Bagaimana jika orang
itu mengamalkan kepada orang lain dan terus diajarkan kepada orang lain hingga
banyak yang berbuat kebaikan? Jadi, tetaplah menjadi penulis yang senantiasa
berbagi kebaikan. J
Demikian beberapa sikap yang harus ditanamkan dalam diri penulis. Sangat mudah, kan? Selamat mencoba.
SERIUS MAU jadi penulis? Terbukti..!!! Mereka yang mempraktekkan materi di bawah ini sudah menerbitkan Buku sendiri.. Klik Gambar Di bawah ini!
----------------------------------------------------
Dapatkan artikel terbaru kami
semangatttt
ReplyDeleteTerima kasih.. Ayoo semangat :-)
DeleteAyoo..semangat..
ReplyDeleteAku sangat berantusias untuk menjadi penulisan,untuk bisa saling berbagi melalui tulisanku.dan saat ini aku sedang belajar mengirim artikel ku melalui email penerbit
ReplyDelete