Saya pernah membaca sebuah
tulisan sekaligus mendengar sebuah pernyataan yang lebih kurang seperti ini. Sebelum
melamar perempuan, kita dianjurkan untuk memantaskan diri terlebih dahulu.
Ya,
karena jodoh itu ibarat cermin diri. Jika diri kita baik, maka kita akan
berjodoh dengan orang baik. Dan jika diri kita tidak baik, maka bisa dipastikan
jodoh kita juga tidak baik. Siapa sih yang tidak ingin berjodoh dengan yang
terbaik.
Oleh karena itu, kita harus memantaskan diri bertemu dengan orang yang
terbaik itu dengan terus dan terus memperbaiki diri. Ups, saya tidak mengajak
untuk membahas jodoh. Namun, saya ingin mengajak kita semua untuk memantaskan
diri naskah untuk diterbitkan. Maksudnya, apa saja yang harus kita lakukan
supaya naskah kita layak untuk diterbitkan? Yuk, simak tulisan ini sampai
akhir...
1.
Sesuaikan momen.
Kita
harus mampu memprediksi pembicaraan yang hangat setengah tahun setelah kita
mengirimkan naskah kita mengingat koreksi naskah berkisar tiga sampai enam
bulan. Ketika naskah kita sejalan dengan pembicaraan pada saat diterbitkan,
maka kemungkinan naskah diterima akan semakin besar. Misalnya, ketika enam
bulan lagi akan ada Pemilu, maka kita bisa menuliskan naskah yang berbicara
seputar politik.
2.
Lakukan observasi.
Sebelum
menentukan tema yang diangkat menjadi tulisan, kita harus melakukan observasi
terlebih dahulu. Untuk apa? Penerbit biasanya enggan menerbitkan naskah yang
sudah pernah diterbitkan. Misalnya, kita hendak menuliskan nama-nama anak dalam
bahasa Arab beserta artinya, padahal penerbit sudah pernah menerbitkan buku
tentang itu. Maka, kemungkinan besar naskah kita ditolak. Buatlah naskah yang
berbeda. Jikalaupun mirip, misalnya tentang hal-hal beraroma romantis, kita bisa
membuat hal istimewa tentang romantis yang belum pernah dibahas di buku-buku
sebelumnya.
3.
Pahami kriteria penerbit.
Setiap
penerbit pasti menentukan kriteria naskah yang akan diterbitkan. Misalnya,
diketik dengan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5, berjumlah minimal 200
halaman A4. Saat itu kita harus mengondisikan naskah kita memenuhi kriteria
itu. Tidak diperkenankan menyalahi salah satunya seperti diketik dengan font
yang lain atau halamannya 199 (kurang dari angka minimal, 200 halaman).
Kepatuhan penulis dalam pemenuhan kriteria penerbit merupakan cermin dari
keseriusan penulis dalam menerbitkan naskahnya.
4.
Kondisikan jadwal
penerbit.
Penerbit memiliki jadwal dalam menerbitkan. Kita harus lihai dalam
mengondisikan kapan naskah kita harus dikirimkan. Jangan sampai kita
mengirimkan naskah ketika jadwal penerbitan sudah penuh. Akibatnya naskah kita
akan ditolak alias tidak diterbitkan.
5.
Awas ghost writer!
Fenomena ghost writer merupakan hal yang marak dalam dunia kepenulisan. Ghost
writer adalah orang yang mampu menghasilkan naskah sesuai dengan target, sesuai
jumlah halaman, sesuai kualitas, dan sesuai jadwal penerbitan. Ada beberapa
penerbit yang memiliki ghost writer. Sebagai penulis kita dituntut mampu
bersaing dengan mereka, jika ingin menerbitkan di penerbit yang memiliki ghost
writer.
6.
Pastikan tepat sasaran.
Sebagai
penulis kita harus jeli dalam menentukan penerbit. Ketika kita memiliki naskah
fiksi, maka kita harus mengupayakan atau mencari penerbit yang biasa
menerbitkan naskah fiksi sesuai dengan genre fiksi kita. Sebaliknya, jika kita
memiliki naskah nonfiksi, maka kita harus mencari penerbit yang biasa
menerbitkan naskah nonfiksi sesuai dengan genre nonfiksi yang kita tulis. Jangan
sampai salah masuk. Kesalahan memasukkan naskah bisa berakibat fatal, yaitu
naskah ditolak. Misalnya, naskah fiksi dikirim ke penerbit nonfiksi. Sudah
jelas tidak nyambung.
7.
Mengenalkan diri.
Biasanya
penerbit lebih suka menerbitkan naskah dari orang-orang terkenal. Hal itu
terjadi karena alasan pasar. Ya, orang-orang terkenal semisal artis bisa
dipastikan tulisannya akan digandrungi orang yang nge-fans dengannya. Lalu,
bagaimana solusinya sedangkan kita bukan siapa-siapa?
Solusinya adalah
menjadikan diri kita siapa-siapa. Hehe. Misalnya, ketika kita sudah pernah
menerbitkan minimal sebuah karya atau ketika kita aktif dalam sebuah
perkumpulan, komunitas, atau organisasi besar, maka penerbit akan menilai kita
sebagai orang yang dikenal. Artinya, kita memiliki pasar (kalau dalam bahasanya
penerbit).
Jadi, kita harus menjadi tokoh atau orang yang dikenal banyak orang
dalam hal kebaikan. Misalnya dengan aktif di komunitas, lembaga, atau
organisasi besar, sudah pernah menerbitkan buku (yang artinya orang sudah
mengenal kita sebagai penulis), dan lain sebagainya.
8.
Kondisikan tulisan.
Kita
sebagai penulis harus jeli dan lihai dalam mengondisikan tulisan. Kalimat,
huruf, dan segenap unsur fisik tulisan harus benar-benar diperhatikan. Jangan
sampai membingungkan editor. Jika editor sudah bingung, maka kemungkinan besar
naskah akan ditolak. Jadi, buatlah naskah sebaik-baiknya.
9.
Sabar.
Penulis adalah
orang yang sabar. Ia bersabar menanti sebuah jawaban dari editor. Ketika editor
meminta menyatakan akan mengumumkan naskahnya tiga bulan kemudian, maka kita
tidak perlu menghubungi editor selama tiga bulan ke depan. ketika telah lewat
tiga bulan, baru kita boleh menghubungi jika naskah kita belum diumumkan juga. Jangan
menanyakan naskah kita sebelum waktu yang telah ditentukan, karena bisa jadi
membuat kesal editor dan akhirnya naskah kita ditolak, sebagus apapun naskah
itu.
Sudah pantaskah naskah
kita untuk diterbitkan? Sudah pantaskah kita menyandang sebagai penulis? Kalau
belum, sembilan tips di atas bisa kita lakukan. Semoga bermanfaat dan selamat
mencoba mengaplikasikan ilmunya.
----------------------------------------------------
Dapatkan artikel terbaru kami
Play casino - No.1 for the Casino Guru
ReplyDeleteNo longer casinosites.one have aprcasino the opportunity to go to the casinos or read the reviews of https://sol.edu.kg/ the slots you love. septcasino But they're not always the same. Sometimes you have herzamanindir.com/ a new online