Andrea Hirata, Tere Liye, Asma Nadia,
Raditya Dika, Kang Abik, Helvy Tiana Rosa, Dewi Lestari, ada yang kenal mereka?
Minimal satu saja. Jika tidak ada, bertobatlah, he. Jika ada beryukurlah. Aman
ini bukan tulisan religi kok.
Beberapa orang yang dituliskan di atas
adalah beberapa penulis terkenal di Indonesia, bahkan beberapa diantaranya
sudah memiliki nama di luar negeri. Dan tentunya tidak sebatas itu, ada banyak
yang lagi penulis indonesia yang tidak bisa dituliskan semuanya satu persatu
dalam tulisan kali ini.
Tentunya kamu sudah menebak apa yang akan
dibahas kali ini. Betul buanget... kita akan sama-sama mengintip dan mengikuti
apa saja sih yang dilakukan para penulis terkenal sehingga membuat tulisannya
baik dan benar, yuk kita intip...
1. PREWRITING
Dalam tahapan ini setiap penulis memiliki
gaya dan cara yang berbeda, tapi intinya sama yaitu menghasilkan tulisan yang
nantinya akan dibaca dan dinikmati oleh banyak orang sekaligus memberikan
manfaat kepada mereka.
Prewriting atau persiapan sebelum menulis
sangat penting dilakukan untuk mengetahui arah tulisan yang akan dibuat. Secara
umum inilah yang dilakukan para penulis terkenal sebelum memulai tulisannya.
Pertama, kita perlu memikirkan tulisan apa
yang akan dibuat. Anak-anak, remaja, percintaan, keluarga, tips-tips, horor,
dan yang lainnya. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana tulisan
ini nantinya. Dengan mengetahui jenis tulisan, secara tidak langsung akan
terpikirkan kepada siapa tulisan ini akan dibaca. Apakah targetnya anak-anak,
remaja, atau orang dewasa, bahkan umum.
Setelah memutuskan jenis apa yang akan
ditulis, pikirkan alasan dari inti tulisan itu nantinya. Tere Liye dalam
seminarnya di Universitas Bengkulu 1 mei 2016 lalu, hal penting sebelum memulai
sebuah tulisan adalah temukan “so what” dalam tulisan yang akan dibuat. Apa maksudnya? So what
disini nilai yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Dalam seminarnya, Bang Tere
memberi contoh dalam novel Hafalan Sholat Delisa. Yang ingin disampaikan disana
adalah tentang kemunafikan. Bagaimana ketika Delisa mau menghafal karena
dibelikan kalung, mau melakukan sesuatu karena coklat. Intinya dengan melakukan
kebaikan namun bukan karena ketulusan, tapi karena adanya hal lain yang akan
menggantikan apa yang dilakukan. Kamu bisa melakukannya dengan cara lain, yang
penting sesuai dengan gaya penulisan yang ingin dilakukan.
Berikutnya memutuskan hal-hal penting dalam
tulisan, seperti karakter, plot, alur, panggung cerita, setting, dan lainnya.
Inilah yang akan menjadi penentu tulisan kamu apakah akan hidup atau tidak.
Bagaimana kamu menggunakan semuanya menjadi sebuah tulisan yang menarik. Jika
dalam non-fiksi kamu tentukan apa-apa saja yang ingin disampaikan, bagaimana
cara-cara ini mampu menggugah pembaca dan bisa menjadikan tulisan yang akan
menarik pembaca.
Riset. Untuk yang satu ini semua penulis
menggunakannya. Mengetahui detail bahan tulisan akan menjadikan tulisan kita
lebih berat dan berisi, tidak hanya menjadi tulisan yang sekedarnya. Bentuk menuliskan
novel tentang luar negeri, kita harus melakukan riset tentang negara itu,
kota-kotanya, bagaimana suasana disana, orang-orangnya adat dan budaya, secara
detail. Sehingga apa yang kita tuliskan tidak berasal dari pemikiran kita saja
yang mengandalkan imajinasi dan bayang-bayang.
Jangan pernah lupakan membaca. Ingat, kita
menulis untuk akhirnya dibaca, baik itu diri sendiri ataupun orang lain. Maka
dari itu jika ingin mengetahui bagaimana tulisan-tulisan penulis dan terkenal,
jangan lupa banyak baca buku mereka. Selain itu membaca juga meningkatkan
pikiran dan bahan kita untuk menulis.
Dan saatnya memulai menulis...
2. DRAFTING
Nah ketika memulai menulis ini kamu tidak
perlu banyak memikirkan apapun. Ya jangan berpikir, tapi menulis. Susahnya kita
jika sebagai penulis pemula adalah terlalu banyak menghabiskan waktu untuk
memikirkan bagaimana tulisan kita. Maka dari itu, yang terpenting adalah
menulis. Tuliskan saja apa yang ada di pikiran kita tanpa perlu melirik tulisan
kita sudah benar atau belum. Hal itu akan ada bagiannya sendiri.
Baca juga : Cara Menulis yang Baik dan Benar
Jika menulis sudah menjadi jiwa dalam hidup
kita dan pembaca juga sudah banyak, barulah kita mulai memikirkan secara detail
bagaimana mengolah tulisan yang benar-benar rinci. Kita sebagai penulis pemula
sering kali sibuk menulis sambil mengedit, sehingga membuat tulisan kita tidak
pernah selesai. Alhasil kita menyerah dan tidak melanjutkan tulisan.
Cara terbaik adalah tulis semuanya sampai
selesai. Tulis, tulis, dan tulis ketika selesai barulah kita memperbaikinya.
3. REVISING
Untuk melakukan revising kita perlu menyelesaikan
tulisan kita diawal, atau tadi drafting yang dibahas sebelumnya. Jika kamu
tidak bisa menyelesaikan tahap drafting, tentunya tidak mungkin bisa masuk ke
tahap revising.
Oke, berarti selesaikan draft naskahmu dulu
ya...
Sip, kalau sudah selesai saatnya kita ke
tahap revising.
Pada bagian ini yang kamu lakukan sangat
sederhana. Setelah naskah kamu tulis, kamu lihat lagi dari awal. Perhatikan isi
naskah alur, bisa jadi ada yang ingin di ganti, dikurang atau ditambahkan.
Ketika melakukan revising ini, inilah waktunya kamu memperbaiki naskah. Bahkan
jika sudah dicetak dalam bentuk buku, ketika kamu ingin cetak ulang, bisa jadi
ada revisi yang ingin dilakukan. Menambah testimoni, memperbanyak isi, atau ada
yang dikurangi. Tapi INGAT poin terpentingnya kamu harus menyelesaikan naskah
terlebih dahulu, oke. Jangan lupa menulis.
4. EDITING
Pada bagian ini, kita bisa saja
menyerahkannya pada editor. Baik itu editor penerbit, ataupun editor lepas. Tapi
tidak ada salahnya kamu sebagai penulis, memeriksa tulisan sendiri dan
mengeditnya. Mungkin ada bagian-bagian yang ingin kamu ubah atau sesuaikan
sendiri, sehingga jika editor tidak memahaminya tidak menjadi masalah karena
sudah di edit sebelumnya.
Yang terpenting tetap menulis, dan jangan
lupa menulis naskahmu ya...
5. PUBLISHING
Huh, akhirnya akan terbit juga. Naskahmu
sudah bagus dan sudah melewati semua proses diatas saatnya naskahmu harus
terbit dan dibaca orang banyak. Secara ringkas kita akan membagi dua jenis
penerbit disini.
Pertama penerbit mayor/konvensional. Pada
penerbit ini proses yang harus kita lakukan cukup lama. Kita harus menyiapkan
naskah kita yang sudah jadi untuk dikirim, beberapa penerbit mayor meminta
sinopsisnya atau bab 1nya dulu. Lalu kita harus bersabar menunggu, yang paling
cepat jika naskah kita bagus bisa satu minggu direspon dan diterima, atau jika
ternyata kurang cocok di penerbit bisa sampai tiga bulan bahkan tidak ada kabar
sama sekali. Kamu bisa belajar untuk mengetahui apakah penerbitnya sudah cocok dengan
naskahmu, atau ada syarat yang belum dipenuhi.
Jika kamu sebagai penulis pemula jangan mudah menyerah.
Beberapa penulis terkenal dulunya ada yang
pernah ditolak sampai 17 kali oleh penerbit yang sekarang penerbit yang
berlomba-lomba mencari mereka. Jika memang ingin menjadi penulis yang hebat,
harus terus bersabar dan pantang menyerah, yang penting tetap terus menulis.
Baca juga : 7 Kesulitan yang sering dihadapi penulis pemula
Yang kedua, self publishing/penerbit indie.
Dalam penerbit ini lebih mudah prosesnya daripada penerbit konvensional. Jika
kamu sudah siap naskah utuh, tinggal ajukan ke penerbit indie pesan berapa buku
yang mau dicetak dan tinggal kamu bayar harga cetak bukunya. Bedanya dalam
penerbit ini kita yang melakukan semua dari design cover, editing, dan layout,
atau membayar jasa yang menyediakan hal tersebut. Namun ada juga penerbit indie
yang langsung menawarkan samua itu dalam satu paket tanpa perlu repot
mengurusinya, salah satunya Penerbit El-Markazi.
Jika bertanya mana yang lebih baik,
semuanya baik. Karena tulisan bukan ditentukan oleh penerbitnya tapi bagaimana
penulis dan bukunya sendiri mampu menjadi bacaan yang baik untuk orang lain.
6. MARKETING
Nah ini hal terakhir yang perlu dilakukan
agar bukumu bisa tersebar dan dibaca banyak orang. Marketing atau pemasaran ini
bisa dilakukan sendiri atau melalui orang lain. Jika melalu penerbit mayor atau
konvensional, mereka biasanya akan mendistribusikannya ke toko buku, jadi
secara tidak langsung tanpa perlu bersusah payah buku kamu sudah tersebar.
Berbeda dengan buku yang dicetak dan diterbitkan sendiri, kita harus lebih
gencar untuk menawarkan dan menunjukkan buku kita kepada para pembaca.
Terlepas dari itu semua sebagai seorang penulis
tentunya kita harus bangga dengan buku kita sendiri. Dimanapun penerbitnya,
tetap saja kita harus memasarkan buku kita, memberitahukannya kepada orang
lain. Kamu bisa membagikannya lewat Media sosial, facebook, line, bbm,
whatsapp, twitter, blog, atau dibuatkan dalam bentuk Aplikasi Android yang
disediakan oleh Penerbit El-Markazi. Atau datang ke acara-acara bazar, organisasi,
seminar, menawarkan bukumu disana agar orang lain mengetahuinya.
Nah itulah kurang lebih hal-hal yang
dilakukan oleh penulis-penulis terkenal. Jika ingin menjadi seperti mereka
ikuti jejak merekan dan ikuti prosesnya. Jangan lupa menulis dan bergabung
dengan teman-teman penulis se-indonesia salah satunya komunitas baru yang
produktif FRAME (Forum Rafflesia Menulis).
----------------------------------------------------
Dapatkan artikel terbaru kami
artikel yang menarik kalau saya lebih suka menulis secara abstrak sembarang nanti baru di edit untuk membetulkan kesalahan penulisan artikel di blog saya
ReplyDeleteya bagian editing itu juga susah soalnya agak butuh lama untuk mengoreksi kesalahan dari tulisan yang di buat
gan saya minat untuk jadi partner blognya agan
sekalian nitip link
http://penulizh.generasi.net/